Tentang sebuah keyakinan (Kisah perjalanan umroh Teh Ima)

Assalamu’alaikum..

Mau sedikit sharing, kisah teman saya, Teh Ima yang baru saja pulang umroh. Teh Ima ini mahasiswi UI tahun akhir, dulu barengan saya di rohis SMA. Orangnya subhanallah humble pisan. Tapi prestasinya luar biasa. Bagian prestasinya semoga saya bisa buat postingan khusus nanti (siap-siap tami wawancara ya Teh :D).

Ini saya copas dari sumbernya langsung dengan sedikit editan. Semga ada hikmah yang bisa diambil dan mnjadi semakin kuat kerinduan untuk menjadi tamu Allah di Tanah suci
Bismillah…

Si teteh memulai sharing dengan satu quote dari ustadzahnya

Saya selalu diingatkan sama ustadz disana :

“Memulai menyamakan frekuensi, menata keyakinan…”

Satu-satu nya yg berhak mengundang setiap orang ke tanah suci adalah Allah. Hanya Allah..

” wahai manusia! Sesungguhnya kamu telah bekerja keras menuju Allah, maka kamu akan menemui Nya” al insyiqaq :6

Berawal dr sebuah tulisan mimpi di bulan Ramadhan kmarin, “umrah taun 2014” dan kemudian di recall kembali saat bulan haji kembali dengan kembali menuliskan mimpi “perform hajj as soon as possible”.

Tulisan nya masih ada di buku harian yg sekarang tertinggal sepertinya di tanah haram.

Sejujurnya itu hanya tulisan sekedar tulisan sekedar syarat pnyemangat, penambah daftar mimpi dibulan Ramadhan, tak ada usaha berarti dr Ima pribadi bhkan mungkin terlupakan. Dilupakan oleh bnyaknya kesibukan. Intinya Ima lupa akan mimpi ttg umrah yg pernah Ima tuliskan.. bahkan kayaknya, Ima ga bgtu yakin pas nulis itu.

Pernah terbersit untuk ikut tabungan umrah yg diadain sama bank muamalat. Waktu itu itu dikasih tau sama Nca pas di SDIT Adzkia. Tapi cuma bertahan dan semangat sehari aja. Udah itu lupa..

Sama pernah bersemngat ikutan lomba bikin resensi buku 99 Cahaya Ke Negeri Eropa hadiahnya umrah. Tapi ga direalisasikan..

Intinya ikhtiar duniawinya dua itu aja. Bari jeung itupun ga junun (red: itu pun gak jelas)
Kerinduan untuk dapat ke tanah suci yang sempat memuncak di bulan Dzulqaidah kemarin.
Sampai pernah sering liat di Youtub live dr tanah haram.

Tapi itu pun gak berlangsung lama. Lebih sering lupa.
Intinya seakan ngeset diri : “Pokoknya ke tanah suci mah entar-entar aja. Sekarang mah kerjain yg lain dulu”

Disibukkanlah dgn skripsi. Sidang. Kelulusan. Galau pasca kampus dll…
Hingga keinginan ke tanah suci sedikit-demi sedikit pudar. Meredup..
Tibalah sebuah hari diakhir February.. di perpustakaan UI bareng Regy. Buka blog kakak kelas yg berisi tulisan perjalanan umrahnya..
Berderai dalam hati. Kerinduan itu kembali hadir. Ya Allah…

Sampai terucap.
“Re, pengen deh bisa berangkat umrah”
Hingga akhrnya seperti biasa sorenya Ima ngajar privat di daerah Depok Timur. Seperti biasa suka diajak makan bareng. Dibukalah pembicaraan. Yang intinya:

“Kak Ima mau brangkat umrah? Insya Allah sudah saya siapkan. Kak Ima brangkat tgl 16 maret. Sekarag tinggal urus vaksin dan penambahan satu suku kata di paspor” Allahu Akbar!

Sampai disana udah ga bisa berkata apa-apa. Kayak di tampar-tampar, diberi karunia dan diingatkan dalam waktu bersamaan..

Hanya berselang beberapa bulan. Sebuah tulisan mimpi yg awalnya dianggap biasa tanpa usaha. Setengah keyakinan akan kemaha besaran Allah. Kesombongam diri yang sangat terlalu. Menganggap bahwa segala hal datangnya dari usaha sendiri

*disini saya amat sangat tertampar.. ya Allah… lanjut ya*

Intinya Ima juga sama2 masih belajar. Mengingatkan diri Ima.

Satu pertanyaan yang hingga saat ini masih bergelayut.

Seberapa besar keyakinan dan dan kebergantungan kira pada Allah?

Saat sampai di baitullah. Tak hentinya hati berusaha berontak dan bertanya

” Ya Rabb, kebailan apa yg telah hamba perbuat, sehingga secepat ini hamba ada disini?”

Ada sedikit cerita ketika di Baitullah.

Ketika tawaf pertama. Sambil natap ka’bah, Ima bergumam
“Ya Rabb kebaikan apa yg telah hamba perbuat sehingga secepat ini hamba di undang ke rumah Mu”. Terus diulang-ulang. Berkeliling ka’bah. Nangis-nangis dan rasanya pengen pingsan saat natap ka’bah. Tepat pukul 12 malem kalau ga salah pas waktu itu. Setelah selesai 7 putaran. Solat sunat di belakang maqam ibrahim. Sambil nunggu yg lain selasai. Datanglah seorang bapak pakai kain ihram
Bapak: Dari mana?
Ima: Dari Indonesia

Terus bpaknya bilang :
“Jangan abaikan kebaikan2 kecil. Karna siapa tau dari kebaikan2 kecil itulah yg dapat mendatangkan keridoan Allah. Meskipun hanya bilang bilang “Allah tolong saya”, yakinlah Allah mendengar dan akan menjawab”

Pergilah si bapak itu entah kmana. Saat itu ga kepikiran buat nanya atau ngobrol bnyak
duduk selesai solat, lemes. Bener-bener rasanya seperti di gerindra sama Allah.

Istighfar terus istighfhar cuma itu yg bisa dilakuin..

 

Ikhwah fillah…

Kalau boleh Ima memberi nasehat. Meski Ima jg masih masih jauh. Masih jauh.

Jangan pernah lupakan Allah sedetik pun dalam kehidupan kita. Minimal terus sebut nama Allah dalam hati. Allah nyata hadir sahabat. Allah lebih dekat dan selalu ada dari apapun.

Bahkan sekedar : “Allah tolonglah kami…”

Ternyata rintihan itu pun Allah dengar.

Kita gak punya siapa-siapa lagi selain Allah. Mau kemana hidup kita kalau bulan pulang kembali ke Allah. Minta sama Allah trus minta sama Allah.

*si teteh kemudian cerita tentang kisahnya di Mesjid Nabawi*

Kalau cerita yang di Mesjid Nabawi Ima smpet pingsan.

Jadi dari King Saudi airport kita ke Madinah dulu ga ke Mekkah dulu. Perjalanan dr Jeddah ke Madinah 5 jam. Sampai jam 4 di hotel Madinah.
Sesampainya di hotel, langsung ke Mesjid Nabawi. Jaraknya kayak dr smandak (sekolah saya) ke pos polisi kalau dari hotel yg Ima tempati. Langsung solat ashar disana.

Pas nyampe Mesjid Nabawi payungnya pas lagi mau ditutup. Indah banget. Alhamdulillah.
Mesjidnya luas dan bagus. Pilarnya terbuat dr emas.

Ustadzahnya bilang : “Bayangkan 1400 tahun yg lalu Rasulullah dan para sahabat beraktifitas di sekitar sini” T-T

Selesai solat fardhu kalau di Mesjid Nabawi dan mesjid haram langsung solat mayit. Karena setiap saat ada yg meninggal. Terus, habis solat bnyak yg bikin lingkaran-lingkaran kecil halaqoh, ternyata pada menyimak bacaan quran. Subhanallah, kebahagiaan yg tidak bisa terbayar oleh apapun saat pertama kali solat di Mesjid Nabawi.

Ima sama rombongan pulang lagi ke hotel setelah isya untuk makan dan siap2 ke Raudhoh. Didalam Raudhah ada makam Rasulullullah, Abu Bakar, Umar, ada mimbar Rasulullah dan mesjid Rasulullah. Letaknya di dalam Mesjid Nabawi. Tidak begitu luas dan ditandai karpet hijau. Raudhah kelak menjadi salah satu taman syurga. Siapa yg berdoa di raudhah pasti mustajab..

Ceritanya Ima semangat menulis daftar doa apa aja yg mau disampaikan ^^. Berangkat jam 9 malem. Ternyata proses masuk ke Raudhah membutuhkan waktu sekitar 3 jam. Jadi ada fase2 nya. Jalan sedikit duduk lagi. Terus gitu. Krna gantian dan banyak orang yg mau kesana. Kita masuk di gate no 25 Mesjid Nabawi untuk masuk ke Raudhah. Ya Allah ngebayanginnya aja udah ga kuat. Dan sekarang benar2 akan berjumpa dengan Rasulullah meski hanya kuburannya.

Ustadzahnya bilang : “sesungguhnya jasad Rasulullah masih ada dan masih utuh. Yakinlah Rasulullah menyaksikan kita. Perbanyak solawat”

Sampai pada gerbang pintu masuk. Sejak dari awal, ceritanya Ima udah nangis-nangis gitu. Udah ga kuat pokoknya. Semua perasaan bercampur…

Di depan pintu Raudhah satu fase lagi masuk ke dalem. Karena mungkin kecapekan ditambah campur aduk emosi, Ima tepar, lemes. Akhirnya Ima didudukin di kursi roda. Setengah sadar gak sadar.

Ustadzah sama askar disana udah panik. Penjaga akhwatnya berunding. Intinya jgn dibawa ke medical center. Lebih baik kalau terjadi apa-apa sama Ima, mending berkahir di Raudhah daripada di medical center. Ima merasa seperti akan meninggal saat itu.

Semua perasaan bercampur. Antara bahagia dan berat. Berat karena masih banyak urusan, tanggung jawab, dll yang belum terlunasi..

Akhirnya Ima dibawa ke Raudhah lewat jalan pintas. Sama ustazah, sama ibu yg ngedorong  temen satu rombongan, dan askarnyaPandangan udah pudar. Perasaan udah sesek. Bahagia mau bertemu Rasul.Kemudian Ima duduk di depan mimbar Rasul. Malu, takut smua bercampur..

Alhamdulillah lebih dari  30 menit bisa berada di Raudhah. Biasanya ga boleh lama-lama.  Segala macam doa yg siapkan semuanya lupa. Cuma doa minta ampun aja. Ya Allah ampuni hamba… Itu yang berkali-kali diucapkan dalam hati.

Sempet ngeliat ada perempuan cantikkkkkkkkk bgt. Senyum d depan Ima… Subhanallah, mirip orang arab pake baju serba ijo. Perempuan itu, orang apa bidadari yaa…

Trus tiba2 ada segerombolan ibu. Nyium-nyiumin. Mukprukin pake air zam zam (red: nyipratin). Ngedoain. Kata ustadzahnya mereka adalah ibu-ibu rombongan dari Palestina. Pas ima tanya perihal perempuan yg cantik itu, ternyata ibunya ga liat. Perempuan itu, orang apa bidadari yaa…

Di depan makam Rasulullah, tak henti-hentinya bersolawat

Assalamualaika ya Rasulallah
Assalamualaika ya Abu bakar
Assalamualaika ya Umar..

Bayangkan teman-teman. Umar, seseorang yg awalnya ingin membunuh Rasul, kini berbaring mesra di samping Rasululullah.
Hal yang Ima pelajari disini adalah, sedikitpun kita tidak boleh memandang benci pada siapapun. Karna pada hakikatnya hidayah adalah milik Allah.

Ima duduk di kursi roda di atas karpet hijau tanpa ada yg menyuruh Ima pergi. Perasaan Ima, kayaknya disana kalau mau tidur-tiduran juga bisa. Kiri kanan depan belakang, Ima ngeliatnya kosong. Ima gak bisa ngeliat makamnya langsung, karena dipagerin besi gitu. Makamnya ada disebelah kiru Raudhah.

Dan tau gak? Ternyata wangiiiiiii bnget….
Wangi yg blm pernah Ima cium sebelumnya.. Rasanya damaiiiiiiiiiiiii banget…

*kemudian Teh Ima ditanya persiapan apa saja yang harus dilakukan sebelum ke tanah suci*

Itu pertanyaaan yg selalu muncul di benak Ima selama 15 hari dari dikasih tau akan diberangkatkan hingga berangkat…

Ya Allah. Apa yg harus Ima lakuin? Persiapan apa?
Hingga akhirnya waktu di Baitullah. Di belakang Maqam Ibrahim. Niatnya mau tilawah, terus kebuka gitu seketika Qurannya. Tepat disebuah surat yg menceritakan tentang umrah dan haji.
Mata Ima langsung tertuju pada ayat itu.

“watazawwadu fainna khaira zaadi taqwa”

Dan sebaik-baik bekal adalah taqwa.

Ayat itu ngejelasin bekal yg dibawa untuk ke tanah suci adalah taqwa.
Ima gak sempet nyium atau pegang Hajar Aswad. Tapi alhamdulillah bisa megang ka’bahnya. Kata ustadznya, hakikat kebaitullah adalah “menemulan Allah” bukan berlomba untuk mencium Hajar Aswad. Tapi bagi yg mampu silahkan. Dari sana Ima ga begitu “berkeinginam untuk memegang” selain karena harus berdesak-desakan jg.

Begitulah teman-teman sedikit kisah Ima. Kalau Ima kadang suka liat di Youtub suasana di tanah suci. Yakinlah dalam hati. Hanya Allah yang akan mengundang kita, terus minta sama Allah biar diundang dan yakin kita bisa diundang.

 

Labaikallahuma umrata..

Wahai Allah kami datang untuk umrah…

*belum puas dengan penuturan si Teteh, saya bertanya lagi tentang kebaikan kecil apa yang Teh Ima lakukan sehingga bisa secepat itu pergi ke Baitullah*

Justru sampai sekarang juga Teteh masih trus bertanya. Hingga sampai saat tawaf pun trus brtanya-tanya. Ya Allah kebaikan apa yg telah hamba perbuat sehingga hamba diundang secepat ini. Hingga akhirnya mndapat sebuah nasehat.

“Jangan abaikan kebaikan-kebaikan kecil. Karena siapa tau dari kebaikan2 kecil itulah yg dapat mendatangkan keridoan Allah. Meskipun hanya bilang bilang “Allah tolong saya”, yakinlah Allah mendengar dan akan menjawab”

Ketika merefleksikan diri dengan perkataan ituTeteh berusaha mengingat-ingat adakah kebaikan-kebaikan kecil yg Ima lakukan.
Wa llahu alam. Teteh berlindung pada Allah dari apa yg Teh Ima sebutkan. Sesungguhnya Allah yang Maha mengetahui apa yang ada dilangit dan dibumi. Tanpa ada maksud apapun. Semoga jadi hikmah.

Yang Teteh yakini adalah :
1. Sedeqah, sedikit apapun jumlahnya dalam kondisi apapun lakukanlah
2. Perbanyak menyebut nama Allah. Biasanya di angkot atau dimana aja sebisa mungkin banyak-banyak sebut nama Allah dan solawat.
3. Lakukan kebaikan sekecil apapun yg biasanya terlupakan orang.

Untuk bagian ini, seingat Ima, biasanya kalau di jalan nemu sampah suka Ima kantongin. Yang paling sering disekitaran mesjid UI. Biasanya ada tisu, botol bekas air mineral, dll. Kadang Ima suka ngetes, dari jauh ngeliatin orang yg melewati sampah kayak tisu misalnya, sepanjang yang Ima amatin dr sana, banyak orang yang tidak memperdulikan sampah itu. Dari sana Ima mulai berkesimpulan, semoga ini jd kebaikan unggulan Ima. Melakukan kebaikan dari hal kecil dr yg dilupakan orang

Biasanya kalau luang dan memang lagi semngat2-semangatnya. Sebelum adzan atau pas mau solat jamaah, Ima suka buru-buru ke mesjid UI. Ima berpikir, biasanya kamar mandi dan tmpt wudhu suka ngeyemeng (red: berkubang) banyak airnya. Nah dr sana teteh biasanya suka ngebersihin tempat wudhu itu. Diserokin airnya. Soalnya suka ngeliat akhwat-akhwat suka jinjit klw masuk ktmpt wudhu takut kaos kakinya basah
Wa allahu alam.

Oya, urusan angkat mengangkat sampah kecil yang terlewat ini, Ima praktekkan jg di tanah haram. Sampai ada hal yang terjadi diluar logika teteh waktu disana.

Waktu itu kan udah ambil miqot, niat umrah. Udah bebersih wudhu intinya mah. Eh ada tisu udah kotor dan basah yang tergeletak di bawah. Ima berniat mw ngambil tisu itu, tapi takut kotor. Diambilah tisu dr tas buat jadi ceumpal (saya bingung translate ke bhs Indonesia nya, hehe :P). Eh pas mau diambil tisu kotor itu dan bersihin sisa basahnya, ternyata udah ilang tisunya. Wallahu alam. Teteh merasa. Ga mungkin tisu itu terbang atau di pungut sama orang duluan.. Entahlah..

Yang Ima tau, tidak ada kebaikan dan amalan berarti yang Ima lakukan. Semuanya berkat kebaikan dan kemaha besaran Allah. Itu yang Teteh gigit keras-keras.

Pernah Teteh mendapat pesan dari Pak Ary Ginandjar.
“Semua manusia adalah khalifah. Khalifah berarti wakil Allah di bumi. Jadi pergaulilah sesama manusia dgn baik. Pandanglah smua orang dgn ketulusan. Berikan “pelayanan” terbaik dr yg kita miliki”

*selesai*

Seperti yang dikisahkan Teh Ima di grup akhwat heuheuy dedeuh dan japri. Semoga dapat memetik hikmahnya. Aamiin…

About Tami
Full time housewife. Part time student. Amateur chef. Advanced gourmet

One Response to Tentang sebuah keyakinan (Kisah perjalanan umroh Teh Ima)

  1. thesaraswati says:

    Reblogged this on Sekeping Hati and commented:
    Hakikat ke baitullah adalah MENEMUKAN ALLAH.. Allahu Robbi.. Sungguh tercambuk dengan sharing dari si teteh yg inspiring ini.. Betapa saya yang kerdil ini masih berkekurangan, entah itu ilmu apa lagi amal *plakkk* .. Astaghfirulloh.. Ighfirli ya Rabb…

Leave a comment