Menciptakan Ikatan Hati dengan Anak

Tadi subuh aku dan suami diskusi tentang parenting. Baru-baru ini aku ikut kelas Qur’an Journaling yang mentadabburi QS Ali-Imran ayat 102-103. Masih berhubungan dengan tema minggu lalu tentang taqwa.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ (102) وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعاً وَلا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْداءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْواناً وَكُنْتُمْ عَلى شَفا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْها كَذلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آياتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ (103)

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kalian mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. Dan berpeganglah kalian kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kalian bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepada kalian ketika kalian dahulu (masa Jahiliah) bermusuh-musuhan, maka Allah menjinakkan amarah hati kalian, lalu menjadilah kalian karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara, dan kalian telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kalian darinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kalian, agar kalian mendapat petunjuk

Yang menarik perhatianku adalah ayat setelahnya, yaitu ayat 103. Disitu dibahas tentang konsep kejamaahan. Bahwasanya jamaah yang solid bukanlah jamaah yang didasari karena harta atau alasan lainnya. Tapi karena individu-individu didalamnya adalah orang-orang mutqin yang berpegang teguh dengan tali Allah. Kata jamaah disini bisa diganti menjadi keluarga, komunitas atau suatu masyarakat. Jadi bisa kita bilang, masyarakat madani bisa terbentuk dari individu-individu yang soleh solehah. Wow berat banget ya emak satu ini sampe ngomongin masyarakat. Tenang bu ini masih intro kok.

Ayat ini asal muasalnya adalah kisah kaum Aus dan Khajraj sebelum Islam datang. Pada saat itu mereka hobi banget berantem. Saking ga akurnya, sampai Allah sebutkan kalau mereka hampir jatuh ke jurang neraka. Untunglah Islam datang menyelamatkan mereka. Mereka belajar tentang konsep-konsep Islam, termasuk didalamnya tentang ukhuwah (persaudaraan). Dan di ayat itu Allah bilang, kalau itu semua adalah bentuk karunia atau nikmat dari Allah. Jadi guys, seorang muslim bisa bersaudara itu tidak lain dan tidak bukan adalah karena Allah yang persaudarakan. Bukan karena segala efforts yang diusahakan manusia. Ini ada juga di dalam QS Al-anfal:62.

وَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ ۚ لَوْ أَنفَقْتَ مَا فِى ٱلْأَرْضِ جَمِيعًا مَّآ أَلَّفْتَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ وَلَٰكِنَّ ٱللَّهَ أَلَّفَ بَيْنَهُمْ ۚ إِنَّهُۥ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

Dan Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Gagah lagi Maha Bijaksana


Jadi sebuah pertemanan bisa solid bukan karena kita sering memberi hadiah, sering berkunjung, atau sering main bareng. Tapi karena hati-hati kita dipertautkan oleh-Nya. Dan hal ini bisa dicapai ketika mereka memegang teguh tali Allah. Insyaallah ini bukan pertemanan yang fake. Melainkan pertemanan yang abadi di dunia dan akhirat. Karena teman kita bisa jadi penolong kita di yaumil akhir nanti. Jadi kalau mau mengambil hati seseorang, perbaiki diri kita, minta sama Allah yang mempunyai hati agar hati kita didekatkan dengannya. Bukan berarti kita tidak boleh memberi hadiah. Tapi segala usaha itu adalah means, yang utamanya adalah Allah yang merekatkan hati-hati kita.

Nah terus jadi nyambung sama kajian parenting yang aku jg baru ikuti belakangan ini. Ini sebetulnya perlu 1 tulisan sendiri untuk membahasanya karena panjang. Tapi aku ambil singkatnya aja. Intinya, dalam proses pendidikan anak-anak, kita sebagai orang tua harus terlebih dahulu showing affection and love sebelum kita memberi tahu. Koneksi sebelum koreksi. Kalau kita sudah ambil hatinya, akan mudah sekali mendidik mereka. Sering gak sih kesel sama anak karena mereka tidak mau mendengarkan kita? Terus ujung-ujungnya marah dan pakai nada tinggi. Padahal dalam kondisi demikian justru pesan kita tidak akan sampai ke anak. Sungguh komunikasi yang tidak efektif bukan?

Ayat QS Ali Imran:103 tadi jadi bahan refleksi pribadi untukku dalam kaitannya dengan mendidik anak. Agar terbentuk ikatan hati dengan anak, caranya bukan dengan mengiming-imingi anak-anak dengan mainan, ice cream, coklat, atau all time kid’s favourite: HP. Tapi tingkatkan taqwa kita kepada Allah agar Allah yang pautkan hati anak kita kepada kita. Balik lagi ya, kita tidak bisa hidup tanpa melibatkan Allah. Allah lagi, Allah dulu, Allah terus

Masyaallah ternyata proses pendidikan anak lebih dari sekedar transfer ilmu, atau membentuk manner yang baik pada anak, tapi juga sebuah spiritual journey untuk kedua orang tuanya. Doakan aku agar mampu mengemban amanah untuk membesarkan dua orang hamba Allah ini ya!

About Tami
Full time housewife. Part time student. Amateur chef. Advanced gourmet

Leave a comment